PEKALONGAN? Kondisi kelistrikan Indonesia akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan, pemadaman sudah diberlakukan tidak hanya di daerah, tetapi sudah sampai ke Ibukota. Penyebab hal tersebut, antara lain karena beberapa pembangkit umurnya sudah tua, cadangan sumberdaya energi yang semakin menipis, gangguan cuaca yang menyulitkan transportasi bahan bakar, dan harga sumberdaya energi yang terus meningkat, terutama minyak bumi. Dengan kondisi tersebut, pemerintah menetapkan perencanaan energi nasional jangka panjang, dengan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya energi baru dan terbarukan (EBT) di luar fosil. Untuk mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan permasalahan energi dan menjaring masukan dari para ulama, tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah daerah, BATAN bekerja sama dengan Pemerinitah Kota Pekalongan menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Energi “Peran Sumberdaya Energi Alternatif dalam Menunjang Kebutuhan Listrik Nasional”, Selasa (19/02/08) bertempat di Ruang Pertemuan Pemerintah Kota Pekalongan. Sarasehan menghadirkan para pakar, penentu kebijakan dan praktisi di bidang energi dan kelistrikan, yakni Dr. Evita Legowo dan Dr. Thamrin Sihite dari Dep. Energi dan Sumberdaya Mineral, Kepala BATAN Dr. Hudi Hastowo, dan Ir. Eden Napitupulu dari PT. Indonesia Power. Selain itu, hadir sebagai pembicara tamu Habib Lutfi Yahya – Pemimpin Toriqoh Indonesia/Ketua MUI Jawa Tengah. Pada kesempatan tersebut, para pakar energi dan kelistrikan memberikan paparan yang lebih terfokus pada masalah-masalah yang sedang dihadapi bangsa di bidang kelistrikan. Dijelaskan bahwa saat ini kondisi kelistrikan nasional kita sudah mengalami krisis dan sudah seharusnya pemerintah menetapkan kebijakan penggunaan sumber-sumber energi non fosil untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Diinformasikan bahwa beberapa sumber energi alternatif yang dapat digunakan adalah air, angin, surya, biomassa dan nuklir. "Opsi pemanfaatan PLTN perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik jangka panjang, khususnya sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali”, kata Evita Legowo dalam paparannya. Namun pengembangan PLTN perlu dilakukan dengan persiapan yang matang dan pemahaman tentang PLTN oleh masyarakat perlu terus ditingkatkan. Sebagai pembicara tamu, Habib Lutfi Yahya lebih menyoroti terhadap perilaku bangsa yang senang mengambil kekayaan alam dengan tanpa batas tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam. Akibatnya kekayaan alam akan habis dalam waktu singkat dan dapat mengakibatkan berbagai kerusakan seperti yang terjadi saat ini. “Bencana tanah longsor dan banjir adalah contoh nyata sebagai akibat dari sikap kita yang tidak bersahabat dengan alam”, imbuh Lutfi Yahya. “Bangsa Indonesia masih harus belajar keras untuk dapat mewujudkan pembangunan dengan mempertimbangkan keseimbangan alam”, tambahnya lagi. Sikap arif, disiplin dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam dengan mempertimbangkan bahwa kekayaan ini tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Menyangkut dengan penggunaan teknologi nuklir, Habib Lutfi Yahya mengingkatkan bahwa perencanaan pembangunan PLTN, diperlukan persiapan yang matang baik terhadap SDM, penguasaan teknologi, infrastruktur dan kesiapan mental masyarakatnya. Hal ini penting karena PLTN menuntut komitmen jangka panjang bila sudah diputuskan untuk dibangun. Sosialisasi harus diintensifkan, tidak hanya terhadap masyarakat Indonesia tetapi juga terhadap masyarakat di kawasan regional dan internasional, sehingga program PLTN di Indonesia tidak akan dipermasalahkan. Habib sangat memahami terhadap sebagian masyarakat yang masih belum setuju terhadap program pembangunan PLTN, karena selama ini informasi yang diperoleh masih banyak yang bersifat negatif. Sarasehan yang dihadiri oleh kurang lebih 100 orang, terdiri dari para ulama tokoh mastarakat, pejabat pemerintah daerah, dan LSM, dibuka oleh Walikota Pekalongan yang dalam hal ini diwakili Wakil Walikota Pekalongan Abu Almaachir. “Masyarakat harus ikut memikirkan kesulitan yang sedang dihadapi pemerintah di bidang kelistrikan. Kita yang membutuhkan sumber energi harus berani memilih di antara sumber energi yang memiliki resiko paling kecil dan tentu saja harganya harus terjangkau”, demikian pesan Walikota dalam sambutannya yang dibacakan oleh Abu Almaachir. Masyarakat diminta untuk dapat memahami bahwa semua pilihan sumber energi yang akan dimanfaatkan memiliki resiko. Diharapkan bahwa teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi daerah yang ada di wilayah Pekalongan. (Batan)
