Google
 

Solar Power Satellite (SPS) : Alternatif Baru Sumber Energi Listrik untuk Masa Depan

>

Sangat terbatasnya sumber daya alam sebagai sumber primer (air, bahan bakar fossil, gas alam, panas bumi, dll.) untuk pembangkitan energi listrik telah memacu diversifikasi pemanfaatan sumber primer lainnya, antara lain energi nuklir dan energi matahari. Kontroversi yang ditimbulkan oleh pembangkit bertenaga nuklir akibat tingkat resiko yang tinggi menyebabkan pembangunan pembangkit jenis ini mengalami pro-kontra dimana-mana. Energi matahari yang bebas pencemaran dan bersifat eternal tidak bisa memberikan kontribusi yang cukup di permukaan bumi karena ketergantungannya pada cuaca dan adanya siklus siang-malam. umber energi primer yang eternal dan bebas pencemaran ini kini sedang diusahakan untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan cara menampungnya di angkasa luar dan mengirimkannya ke bumi. Inilah konsep dasar sistem SPS. Konsep yang ditemukan oleh Dr. P. E. Glaser pada tahun 1968 ini telah membuka cakrawala baru di bidang pemanfaatan maksimal energi matahari. Prinsip dasarnya adalah pengumpulan energi matahari oleh satelit di angkasa luar (pada orbit sinkron bumi), mengirimkan energi tersebut dalam bentuk gelombang radio ke bumi, dan kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Karena pengumpulan energi matahari (dengan sel fotovoltaik) dilakukan di luar angkasa maka pengaruh cuaca dihilangkan dan siklus siang-malam nyaris tak terjadi. Bahkan unjuk kerjanya meningkat tajam karena di luar angkasa (di GEO) panel sel surya akan menerima iluminasi cahaya lebih dari 22 jam untuk setiap harinya. Secara teoritis kapasitas daya yang mampu dibangkitkan oleh sebuah satelit jenis ini cukup besar (5~10 GW) dan dampak lingkungan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan oleh pembangkit berbahan bakar fossil/nuklir.
Yuliman Purwanto