Google
 

Teknologi Memotret di Tempat Yang Gelap

>


Ular berbisa yang sering berburu ditengah malam, menggunakan sejenis ” night vision ” yang sangat menarik. Ular tersebut memiliki organ sensor khusus yang dapat mendeteksi emisi panas dari mangsanya pada jarak 50 meter. Pengaruhnya, ular melihat   tidak pada panjang gelombang penglihatan seperti yang dialami oleh mata kita yang sesitif, tetapi pada panjang gelombang infrared yang diemisikan oleh panas aliran darah atau oleh sesuatu yang dapat mengemisikan panas.
Saat ini para peneliti dari University of California di Berkeley dan Santa Barbara Research Center telah mengembangkan jenis kamera baru yang dapat menandingi penglihatan ular berbisa tersebut diatas: yaitu suatu kamera yang murah, dapat dipakai dalam keadaan gelap total, dengan pendeteksian emisi infrared. Pada saat ini kamera infrared sudah ada   digunakan untuk pengamatan astronomi dan bahkan dalam dunia pengobatan   kamera tersebut bekerja berdasarkan prinsip yang sama dengan photovoltaic solar cells: alat tersebut memiliki semikonduktor yang dapat menyerap radiasi dan menimbulkan gelombang listrik. Kebanyakan alat ini menggunakan semikonduktor yang rumit yang dinamakan mercury cadmium telluride, atau mercadtel. Tetapi banyak ditemukan permasalahan. Cara kerja kamera infrared tersebut diatas menimbulkan panas. Dengan lain perkataan, kamera ini sangat bising dan gambar yang diperoleh tidak jelas kecuali kalau kamera tersebut didinginkan terlebih dahulu untuk mengurangi panas. Dalam prakteknya alat mercadtel harus didinginkan sampai minus 200 oC melalui sistem cumbersome cryogenic. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kamera infrared yang dapat dioperasikan tanpa harus didinginkan terlebih dahulu. Arunava Majumdar di Berkeley dan rekan-rekannya melakukan pendekatan dan melakukan sesuatu yang sangat berbeda dengan kamera terdahulu. Kamera infrared yang baru dinamakan micro-optomechanical. Alat tersebut menggunakan gerak mesin sebagai suatu alat untuk mendeteksi radiasi infrared. Tiap piksel terdiri dari rangkaian 32 garis tipis, masing-masing berukuran sekitar 3 x 30 mikrometer. Garis-garis tersebut merupakan bilayers, seperti bilayers logam dalam termostat. Salah satu layer nya adalah material silikon nitrida yang kuat dan layer lainnya adalah emas. Pada saat garis tersebut terkena panas yang disebabkan oleh radiasi infrared, material tersebut mengembang atau memuai,  tetapi tingkat pemuaiannya berbeda. Dalam termostat perbedaan pemuaian tersebut menyebabkan garis melengkung. Semakin hangat atau semakin panas garis tersebut maka lengkungan yang terjadi akan semakin besar. Untuk mendeteksi ini , para peneliti menggunakan laser beam yang terbagi dua. Salah satu beam melepas ujung garis dan dikombinasikan kembali dengan beam lainnya. Sehingga gelombang cahaya dalam kedua beam akan keluar dengan jumlah yang tergantung pada seberapa jauh ujung garis keluar dari ikatan. Hal ini menyebabkan gangguan dalam pengkombinasian kembali beam. Cahaya akan terus berkurang atau mengecil pada saat kedua beam semakin jauh dari asalnya. Sehingga pola panas terekam oleh rangkaian garis-garis, kemudian dikonversikan kedalam pola terang dan gelap dalam laser beam sehingga timbul image bagian panas dan dingin dari obyek yang terobservasi. Alat yang dinamakan sistim MIRROR (Micro-optomechanical InfraRed Receiver with Optical Readout  ), dapat memproduksi suatu image dari lingkaran tungku listrik dari 100 oC sampai dingin sekali , sehingga anda tidak akan menyadari bahwa lingkaran tungku tersebut berada dalam keadaan gelap. MIRROR tidak memerlukan pendinginan, dan tidak memerlukan biaya yang besar untuk pembuatannya. Sumber: Iptek Net